Beberapa bulan yang lalu, di bulan oktober 2017 tepatnya, saya berkesempatan untuk mengunjungi sebuah pulau yang berada di utara pulau Jawa. Pulau Bawean namanya. Mengambil jadwal kereta paling pagi dari Yogyakarta, saya sudah berada di stasiun sejak jam 11 malam. Pagi itu, saya dan teman-teman harus berkumpul di Pelabuhan Gresik pukul 09.00. sesampainya di stasiun surabaya gubeng, saya melanjutkan perjalanan dengan grab menuju pelabuhan Gresik.
Pagi masih bersinar bersama sang mentari saat saya sampai di Pelabuhan Gresik. Waktu itu belum ada yang sampai, hingga saya memutuskan untuk mencari sarapan pagi yang ada di sekitar pelabuhan. Ada warung kecil bertuliskan "Warung Arab Canai" di sebelah gerbang masuk pelabuhan. perut yang sudah tidak bisa diajak bertoleransi akhirnya memutuskan untuk singgah di tempat itu. Ada sedikit rasa harap-harap cemas pada perjalanan kali itu. Berharap bahwa keputusan untuk pergi ke Bawean dengan modal nekat izin ke kampus selama seminggu ditengah padatnya jadwal kegiatan dan perkuliahan, dan cemas jikalau perjalanan kali ini tidak seperti yang saya bayangkan. But there again, i'm trying to not thinking and expect anything from my travelling.
Mari kita
mulai cerita kali ini dengan menceritakan sedikit mengenai Writeventure.
Writeventure ini adalah salah satu project kegiatan Sekolah Menulis Inspirasi
milik Bapak Satria Darma, seorang pecinta literatur yang kemudian di
koordinasikan oleh Bapak Faizin. Di dorong oleh dosen pembimbing saya, saya
akhirnya mencoba memberanikan diri mengikuti kegiatan Writeventure.
Bawean,
salah satu pulau di Indonesia yang terletak di utara pulau Jawa dan masuk dalam
kabupaten Gresik, Jawa Timur. Banyak orang mungkin masih asing dengan nama
Pulau Bawean. Terdiri dari dua kecamatan
besar, Kecamatan Tambak dan Kecamatan Sangkapura yang berisi kurang lebih 800.000 penduduk di 33 desa. Pulau
yang menurut saya adalah salah satu mutiara yang dimiliki pulau jawa, namun masih
belum tereksplor banyak padahal kekayaan alamnya melimpah ruah. Masyarakatnya
mayoritas adalah campuran Jawa dan Madura yang kemudian bercampur dengan culture di Bawean. Wisatawan yang
berkunjung ke Pulau Bawean memang sebaiknya menggunakan motor karena kebanyakan
objek wisata yang di kunjungi sangat sulit aksesnya dan sempit. Jika ingin
melihat objek-objek menarik yang letaknya di pedalaman desa atau di jalan-jalan
sempit, menggunakan motor memang adalah pilihan terbaik.
Berangkat
menggunakan kereta Bima dari Yogyakarta pada pukul 00.50 WIB, saya menuju
surabaya selama kurang lebih 5 jam. Tiba di Stasiun Surabaya Gubeng pada pukul
05.38 tepat. Dengan menggunakan grab, saya menuju pelabuhan gresik dengan
menempuh waktu perjalanan hanya 40 menit saja karena jalanan masih lancar di
pagi hari. Karena sampai terlebih dahulu di banding peserta lain, saya
memutuskan untuk mencari sarapan di sekitar pelabuhan. Sambil menunggu peserta
lain sampai, saya berhenti sejenak di warung Canai yang menjual seporsi Canainya
seharga Rp.10.000,- dengan bonus es teh manis. Saya sedikit bersyukur saya
tidak memutuskan untuk membawa koper kesana melihat ribet dan ruwehnya kondisi
pelabuhan. Setelah mengisi perut sebentar, saya memasuki area pelabuhan dan
menunggu di meeting point di depan
loket masuk.
Dengan
menaiki kapal Bahari express selama 3 jam, saya sampai di Pulau Bawean kurang
lebih pukul 12 siang. Di jemput oleh Bapak Hakim, selaku salah satu panitia
Writeventure dari Bawean yang akan memberikan kami tempat tinggal selama di
Bawean.
Pulau
Bawean adalah satu-satunya pulau yang membuat saja takjub akan kejujuran
masyarakatnya sejauh ini. Bayangkan saja, semua masyarakat di Bawean terbiasa
meninggalkan kunci motornya tergelantung di motor dan biasanya motor-motor ini
di parkir di pinggir jalan. Sekalipun itu di desa kecil, motor selalu
ditinggalkan dengan kuncinya. Hebatnya lagi, mereka sudah terbiasa melakukan
itu karena menurut mereka, jika pun orang ingin mencuri motor di Pulau Bawean, mereka
tidak akan bisa membawa motor curian tersebut keluar pulau karena membutuhkan
STNK dan BPKB untuk mengirimkan kendaraan keluar pulau. Uniknya juga, rata-rata
motor di pulau Bawean tidak menggunakan spion entah karena memang sengaja di
copot, atau karena hilang.
1.
Hutan
Mangrove Desa Daun
Hari itu,
Minggu 8 Oktober 2017, hari pertama kegiatan writeventure, setelah mandi dan
bersih-bersih setelah perjalanan panjang, kami mengunjungi Hutan Mangrove Desa
Daun, kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean. Hutan Mangrove Desa Daun ini baru
resmi di buka pada 15 oktober 2017 dan terbilang masih sangat baru.
Awal
mulanya, Hutan Mangrove ini adalah lahan pelestarian hutan bakau karena
dahulunya kayu-kayu dari pohon bakau ini dibabat habis oleh oknum-oknum
tertentu karena Kayu dari pohon bakau ini sangat wangi jika di bakar dan dapat
menambah aroma masakan.
Akses untuk
menuju ke hutan bakau ini terbilang susah dan jalannya kecil, hanya dapat di
lalui dengan menggunakan sepeda motor. Melalui area persawahan yang berliku,
kami akhirnya sampai di tempat parkir Hutan Mangorve Desa Daun. Tidak sampai
disitu saja, kami harus melewati jalan setapak yang terbuat dari kayu-kayu yang
sudah di susun rapi membentuk jalan lurus menuju sungai di tengah tengah hutan
mangrove. Karena masih terbilang baru, jalanan yang kami lewati masih sangat
bersih. Di kanan-kiri jalan terdapat beberapa spot foto yang sengaja di
sediakan dengan papan-papan bertuliskan tulisan unik-unik yang menarik
pengunjung untuk memfotonya. Sesampainya di ujung jalan, terdapat jembatan yang
menyambungkan kedua areal hutan mangrove yang terpisah sungai dan teluk kecil.
Saat memandang jauh, terlihat ada lautan indah dan pulau gili. Setelah
menyebrang ke areal hutan mangrove satunya, akan terasa berbeda dengan hutan
mangrove yang sebelumnya sudah kami lewati yang terlihat lebih rimbun dan pohon
bakaunya lebih banyak. Pada areal seberang jembatan, rata-rata pohon bakau
masih dalam proses penanaman dan baru sebesar tunas. Beberapa kali juga saya
berpapasan dengan beberapa anak kecil yang bertelanjang dada dan berlarian di
sekitar areal hutan mangrove yang berbatasan dengan laut. Kata orang sekitar,
mereka biasa mandi dan bermain disitu.
Yang unik
dari perjalanan ke Hutan Mangrove Desa Daun ini adalah, kami diajak
mengelilingi spot-spot khasnya Hutan mangrove ini dengan perahu nelayan kecil dengan
mesin boat di belakangnya yang mereka sebut “Sokong”. Kami mengunjungi beberapa
spot foto yang masih dalam tahap pembangunan dan berfoto bersama. Area spot
foto mayoritas memang masih menggunakan bahan dasar kayu. Fasilitas pariwisata
di hutan mangrove desa daun ini juga terlihat di beberapa titik sedang dalam
tahap pembangunan. Masyarakat setempat percaya bahwa pepohonan bakau di hutan
mangrove ini membawa banyak kelebihan dan keuntungan untuk mereka karena dari
pohon bakau ini ada banyak hal yang dapat di kembangkan.
Sepulangnya
dari area penanaman pohon bakau, samar di tepi hutan mangrove terdapat gazebo
sederhana dan yang di tempati beberapa warga yang sedang makan bersama
menggunakan alas daun pisang dengan lauk ikan yang baru saja di bakar. Di
temani dengan teh manis, makan “Nasi Gulung” julukannya, adalah salah satu
kebiasaan masyarakat Bawean yang baru saya temui sore hari itu. Setelah puas
berfoto dan berinteraksi dengan warga lokal, kami kembali ke perahu saat
matahari sudah di ufuk barat. Sambil menikmati angin yang sepoi-sepoi, kami
berjalan menuju tempat pertama kami memarkirkan motor.
2.
Pantai
Kerrong
Pada hari kedua, Senin 9 Oktober 2017 saya memulai perjalanan berkeliling
Pulau Bawean khususnya kecamatan Tambak. Destinasi pertama yang kami kunjungi
adalah Pantai Kerrong yang berarti rindu kalau kata orang Bawean. Pantai
Kerrong merupakan pantai pribadi milik salah satu DPRD asal Bawean yang sedang
dikembangkan untuk menjadi objek wisata maju dengan fasilitas lengkap. Di
pantai Kerrong sendiri sudah terlihat ada beberapa atraksi lain selain pantai
seperti sepeda gantung, flying fox, dan gardu pandang. Jalur menuju Pantai
Kerrong pun sudah terbilang baik dan mumpuni untuk sebuah objek wisata baru di
Pulau Bawean. Namun sayangnya, memang mayoritas pergerakan pariwisata di pulau
bawean masih terbilang rendah dan belum menyeluruh ke segala aspek pariwisata
lainnya.
3.
Bukit
Teletubies
Setelah
makan siang, kami berjalan kembali ke Bukit Teletubies. Dari semua objek wisata
di hari kedua, Bukit Teletubies adalah salah satu tempat yang saya nantikan. Masih
dengan menggunakan motor, kami berjalan menuju Bukit Teletubies. Ekspektasi
saya adalah kami akan menggunakan motor hingga bukit teletubiesnya. Namun
ternyata, untuk menuju bukit teletubies pun bisa dibilang itu bukan jalan pada
umumnya apalagi untuk wisatawan. Untuk menuju bukit teletubies, motor yang saya
naiki perlu melewati jalanan tanah yang menanjak lumayan ekstrim dengan
banyaknya ilalang dan ranting-ranting pohon di kanan kiri jalan setapak yang
kami lewati. Tidak hanya sampai disitu, setelah motor di parkir di tengah
hutan, kami mulai memasuki hutan dan mengikuti jalan setapak yang ada.
Untungnya memang saat itu sedang musim kemarau, jadi jalanan sangat kering dan
banyak tertutup daun daun yang kering. Untuk memasuki objek wisata Bukit
Teletubies tidak di pungut biaya sama sekali karena letaknya juga masih sangat
alami dan belum dikelola sebagai lokasi atau objek wisata untuk orang umum.
Kurang
lebih berjalan menyusuri jalanan setapak yang berliku dan banyak turunan tajam
di tengah hutan selama 10 menit, kami akhirnya sampai di bukit teletubies.
Bukit yang sedang berwarna coklat dengan pemandangan laut lepas dan pantai di
bawahnya. Lelah dan keringat untuk menuju Bukit Teletubies pun terbayar dengan
indahnya pemandangan yang tersaji didepan mata. Birunya laut bercampur dengan
kuning rerumputan di perbukitan bersamaan dengan segarnya angin yang sepoi
sepoi. Baiknya memang kalau mengunjungi objek satu ini sambil berpiknik ria
dengan membawa makanan atau minum sendiri karena tidak ada tempat makan sama
sekali dari awal memasuki area perbukitan di Bukit Teletubies.
4.
Bandara
Harun Tohir
Bandara
Harun Tohir adalah satu-satunya bandara di Pulau Bawean yang mulai di
operasikan pada 30 Januari 2017 silam. Mulai di rancang pada tahun 2007 dan di bangun
pada tahun 2014 dengan keinginan bahwa ada akses lain untuk ke Pulau Bawean
selain menggunakan kapal atau jalur laut. Selain itu, keberadaan bandara ini
juga di harapkan untuk mempermudah distribusi barang dan bahan baku yang
dibutuhkan masyarakat pulau Bawean.
Bandara
Harun Tohir hanya menyediakan penerbangan dengan rute Bawean-Surabaya dan
Surabaya-Bawean dengan harga tiket Rp.264.200,- sekali jalan. Hingga saat ini,
pemesanan tiket pesawat (reservasi) bisa dilakukan hanya melalui Hotline
(telpon). Operasional pesawat pun hanya pada hari selasa, Rabu, dan Kamis atau
tiga kali penerbangan dalam satu minggu dan hanya 12 hingga 14 kursi penumpang
dalam satu pesawat. Hal ini menyebabkan selalu padatnya jumlah penumpang yang
memesan tiket pesawat terutama yang berasal dari dalam pulau. Kedepannya,
Bandara Harun Tohir ini akan memperpanjang runaway untuk pesawat agar nantinya
pesawat yang berbadan lebih besar dapat masuk kedalam Bandara Harun Tohir.
5.
Desa
Sumberwaru
Salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tambak ini merupakan salah
satu desa yang terkenal akan adanya Dhurung
atau gazebo khas pulau Bawean yang dimiliki masing-masing rumah di dalam desa. Dhurung ini biasanya di letakkan di
depan rumah warga Bawean dan dimiliki oleh masing-masing rumah sebagai tempat
beristirahat sebelum memasuki rumah. Berbeda dari gazebo pada umumnya, Dhurung ini memiliki ruang di atapnya
yang dapat digunakan untuk menyimpan rumput atau barang-barang pertanian
lainnya. Kayu yang digunakan untuk membuat Dhurung
ini pun bukan kayu biasa, namun menggunakan Burr yang konon katanya biasa
untuk membuat kapal yang berlayar di laut karena kayunya sangat kuat.
Selain keunikan Dhurung nya
yang terletak di depan semua rumah warga desa Sumberwaru, desa ini terkenal
dengan pembuatan anyaman nya yang lembut. Walau bukan merupakan hasil utama
dari desa ini dan pendapatan utama, namun masyarakat desa Sumberwaru sangat
ahli dalam membuat anyaman berbahan pandan laut ini.
The roulette video games we provide and the casinos we recommend are all 100% honest. Live dealer roulettegives you the 카지노사이트 convenience and thrill of online gaming however with the fun and interplay of an actual life croupier. You can work together with the human dealer who’ll in a position to|be capable of|have the power to} hear you and reply again.
ReplyDelete