
Kini, masuk dalam dunia bekerja yang memiliki keterbatasan waktu benar-benar membuatku menyadari betapa benarnya kata orang soal pepatah satu ini:
"Masih muda itu punya waktu dan tenaga, namun tidak punya uang. Sudah dewasa nanti memiliki uang dan tenaga tapi tidak memiliki waktu. Sudah tua, memiliki uang dan waktu, tapi tidak ada tenaga"
well, i'm not old either to said that i don't have the energy to travelling, but i already went to the state where people said i have money and energy with me, but not time.
Mungkin inilah salah satu alasan tidak enaknya menjadi budak korporat, atau orang yang bekerja pada sebuah perusahaan pada umumnya, ada jatah cuti selama satu tahun yang jika dihitung, libur cuti selama satu bulan hanya satu kali dalam satu bulan.
Untuk orang sepertiku yang sering berjalan kesana-kemari sewaktu kuliah, yang menghabiskan waktu satu semester dengan beberapa kali perjalanan, yang semasa kuliah liburan bisa hingga dua bulan, jatah cuti rasanya seperti neraka dan penjara.
Mengatur jatah cuti dalam satu tahun untuk begitu banyak keinginan jalan-jalan, travelling ke berbagai tempat, sedikit banyak membuatku memutar otak berkali kali untuk mengatur jatah cuti, keuangan, dan pandai-pandai memilah-milah tanggal-tanggal penting dalam satu tahun. Libur nasional yang terletak pada hari-hari baik (read: mepet weekend) adalah hari kemerdekaan dalam kamus pekerja atau budak korporat sepertiku. hahaha
Masa transisi dari seorang mahasiswa pariwisata yang bebas berjalan-jalan kemanapun dengan waktu yang terbilang lama, menjadi seorang pekerja di salah satu perusahaan di Jakarta dengan jatah cutinya, tentu membutuhkan banyak adaptasi dan kesabaran diri. Keinginan untuk jalan-jalan yang sangat menggebu-gebu seringkali harus dipilah-pilah kembali mengingat terbatasnya waktu yang dimiliki.
Mau nekat bolos? bisa aja, tapi potong gaji! Yang ada malah gabisa liburan, hehe
Well, adakah yang merasakan ini juga? Yuk kita sharing!
Comments
Post a Comment